jual peralatan panjat tebing / jual peralatan climbing
NAMA ALAT | MERK | HARGA |
Tali Dinamic 10.5mm 50m | BEAL | 1,900,000.00 |
Tali Static 10,5 mm 50 m | BEAL | 1,650,000.00 |
Seat harnes | Black Diamon | 775,000.00 |
Seat harness adjustable | LOKAL | 375,000.00 |
Full body harness | CAMP | 850,000.00 |
Full body harness | LOKAL | 325,000.00 |
LOKAL | 450,000.00 | |
Carabiner screw | FEDERS | 185,000.00 |
Carabiner screw gate baja | CAMP | 135,000.00 |
Figure 8 | CAMP | 135,000.00 |
Helmet | LOKAL | 70,000.00 |
Ascender | CAMP | 900,000.00 |
Pulley | ||
- Fixe | LOKAL | 225,000.00 |
- Tandem | LOKAL | 425,000.00 |
Swipel | LOKAL | 175,000.00 |
Spatu panjat | LOKAL | 200,000.00 |
Webing | per 4,5 m | 20,000.00 |
Wire baja 10 mm | per meter | 16,500.00 |
Rockgrip/ pegangan poin | 1 set ( 23 pcs) | 275,000.00 |
Fly seet | 2 x3 | 115,000.00 |
3×4 | 160,000.00 | |
4×6 | 270,000.00 | |
Sleaping bag | LOKAL | 150,000.00 |
Tenda Peleton 6 x 14 x 3mtr (Terpal) | 15,500,000.00 | |
Palu Tebing camp | CAMP | 400,000.00 |
Nasting | LOKAL | 100,000.00 |
hubungi
phone : 081 321 5000 36 (ari aditya)
YM : indonesianadventure
Rock climbing pada dasarnya adalah teknik memanjat tebing dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan. kegiatan ini memerlukan penguasaan teknik mendaki yang khusus dan peralatan mendukung yang memadai. Kemampuan untuk mencengkram dari tangan, menjejal dan menjajak dari kaki adalah mutlak diperlukan juga pemusatan berat tubuh dan keseimbangan menjadi hal yang penting pula.
Disamping itu, penguasaan penggunaan alat adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan. Peralatan pendukung diperlukan ketika melakukan pemanjatan pada tebing-tebing yang sudah tidak mungkin lagi ditempuh tanpa peralatan (mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi) atau dianggap terlalu berbahaya apabila ditempuh dengan tidak menggunakan peralatan. Untuk menjadi seorang pemanjat yang baik,diperlukan beberapa persyaratan yaitu antara lain; sikap mental, pengetahuan dan ketrampilan, kondisi fisik yang prima dan etika.
Dalam mencapai hasil yang terbaik dalam kegiatan ini, diperlukan persiapan yang matang dalam hal fisik maupun mental serta persiapan lain yang mendukung kegiatan ini.
A. PERLENGKAPAN
Perlengkapan dalam kegiatan rock climbing ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perlengkapan Pribadi
a. Sepatu
Sepatu merupakan peralatan dasar pertama yang harus dimiliki seorang pemanjat. Keutamaan sepatu adalah pada karet solnya yang ampuh untuk mencengkram tebing. Sepatu ini mempunyai ciri khusus yaitu pada solnya yaitu kelenturan karet sol sepatunya yang mengikuti bentuk permukaan tebing yang tidak beraturan. Keseimbangan sol pada sepatu ini yaitu bila mendapat tekanan yang memanjang (mengikuti arah jari kaki) sol itu akan lentur, sesuai dengan gerak telapak kaki. Tetapi kalau mendapat tekanan yang melebar sol itu akan kaku dan keras. Namun, sepatu belum tentu cocok dengan kondisi tebingnya. Tidak semua tebing mempunyai karakteristik yang sama Sepatu panjat mempunyai 3 jenis sol karet yaitu,Hard, soft, medium.
Untuk memanjat tebing yang bercelah lebar (wide crack) seperti di big wall, sepatu panjat yang tinggi hingga menutupi mata kaki lebih sesuai dan memiliki sol yang keras (hard sole) serta efektif untuk memanjat celah yang lebar. Untuk tebing-tebing vertikal dan mulus, membutuhkan sol sepatu yang lembut agar ujung-ujung kaki dapat merasakan pijakan batu tebing.
b. Pakaian
Pakaian harus dapat melindungi si pemakai dari gangguan medan dan cuaca. Yang meliputi pakaian untuk kepala, badan, kaki, dan tangan.
c. Perlengkapan Tambahan
Meliputi perlengkapan untuk tidur/menginap, bekal makanan/minuman, perlengkapan memasak, obat-obatan dan lain-lain.
2. Perlengkapan Teknis
a. Tali (Rope)
Tali yang dipergunakan dalam pendakian (Climbing Rope) sebaiknya bersifat fleksibel, elastis dan tahan lama terhadap beban yang berat. Diameter tali berkisar 11, 10, dan 9 mm. kemampuan menahan beban berkisar antara 3000-6000 pounds (lbs). Bahan yang dipergunakan umumnya nylon. Dalam kegiatan pecinta alam ada dua macam tali yang biasa dipakai, yaitu :
Kernmantle
Tali ini mempunyai 2 bagian, bagian inti (Kern) dan lapisan yang menyelimutinya (Mantle). Berdasarkan elastisitas kelenturannya, tali kernmantle ada 3 jenis, yaitu:
# Kernmantle static
Bagian dalam tidak dianyam, bagian luarnya dianyam rapat sehingga daya elongasi tidak begitu tinggi antara 3-5 %, apabila terkena beban normal.
Cenderung kaku
Diameter 9-10 mm
Biasa digunakan untuk caving vertical
Biasanya berwarnakan putih , dimaksudkan untuk mudah terlihat dalam kegelapan
# Kernmantle Dynamic
Bagian intinya dianyam, bagian luarnya dianyam cukup renggang sehingga daya elongasi/lenturnya yang dipunyai cukup tinggi,berkisar 5-20 % apabila terkena beban normal. Sehingga dalam menahan jatuh dapat menyerap impact force/tenaga yang cukup tinggi.
Diameter 8, 9 mm atau 10,5 mm
Biasa digunakan untuk panjat tebing
Berwarna terang atau mencolok
# Semi static dan dynamic
Bagian luarnya tidak dianyam dengan rapat tapi bagian dalamnya lurus sehingga
daya lenturnya rendah tetapi cukup mudah untuk membuat simpul
Biasanya digunakan untuk rescue agar korban tidak mengalami banyak guncangan
Kelebihan dari tali kernmantle: Tidak berat, elastis, kekuatan lebih besar dibanding Hawser Laid.
Kelemahan dari tali kernmantle: Sulit/ tidak dapat langsung dilihat apabila mengalami keausan karena terbungkus mantelnya
Dalam rock climbing, tali digunakan sebagai pengaman dalam pendakian, kecuali apabila menemui lintasan yang sulit untuk dilalui (misal over hang), kita sepenuhnya bergantung pada tali.
Hawser Laid
Tali ini dibuat dari hasil pilinan 3 bagian.yang masing-masing juga
dibuat dari hasil pilinan.tali ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
Tahan terhadap abrasi.
Mempunyai daya lentur yang tinggi (40%).
Dalam keadaan darurat, tali dapat diurai menjadi 3 bagian yang masing-masing terpilin, lalu disambung-sambung sehingga mendapatkan tali yang 3 kali lebih panjang.
Sedangkan kelemahan tali ini adalah :
Cenderung menjadi kaku jika sudah banyak dipakai, sehingga agak sukar membuat simpul.
Cenderung melintir jika dipakai untuk rappelling/abseiling.
Debu dan kerikil yang mudah melekat pada tali ini mengakibatkan kerusakan pada tali bantu yang lain.
b. Helmet
Terbuat dari bahan yang ringan namun kuat untuk menahan benda-benda yang tajam (bagian luar). Sementara di bagian dalam terdapat lapisan yang berguna untuk menahan benturan langsung dengan bagian luar, selain itu dilengkapi dengan tali pengikat di dagu. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari jatuhan batu atau benturan tebing.
c. Harness
Tali pengaman tubuh yang berfungsi sebagi sabuk pengaman. Ada dua macam harness yaitu:
# Sit Harness
Sabuk pengaman yang dililitkan pada pinggang sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai pengaman. Jika kita menggunakan sit harness dan dalam pendakian kita jatuh, posisi kaki kita kemungkinan di atas, dan kemungkinan kita lolos/lepas dari harness bisa terjadi.
# Full Body Harness
Ini lebih aman di banding sit harness. Bila kita jatuh, posisi kaki kita akan tetap di bawah.
d. Webbing
Alat disebut webbing (pita) karena bentuknya pipih lebar seperti pita. Fungsi utama webbing adalah menghubungkan pengaman sisip pada celah tebing dengan tali yang disimpul pada harness pemanjat. Webbing sering pula digunakan untuk menghubungkan berbagai peralatan panjat dengan mengikatnya satu sama lain menggunakan carabiner, misalnya menghubungkan harness dengan jumar.
e. Carabiner
Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau D dan mempunyai ‘gate’ yang berfungsi sebagai penghubung antara tali dengan carabiner. Biasanya terbuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan antara 1500-3500 kg. Ada dua jenis carabiner yaitu, non-screw gate dan screw gate. Carabiner merupakan salah satu alat yang terpenting dalam memanjat tebing. Carabiner yang baik dan aman harus mampu menahan beban 2200 kg (pintu tertutup) atau 1200 kg (pintu terbuka) dengan posisi poros yang panjang utama dan harus menahan beban berat 600 kg pada poros yang pendek.
f. Sling dan Runner
Sling biasa terbuat dari nylon, dibuat dari tubular webbing dan terdiri dari 3 tipe:
# Standar, panjang 10 feet lebar 1 inchi dibentuk menjadi sebuah loop dan dihubungkan dengan simpul.
# Prusik Sling, dibuat dari bahan gold line 0,25 inchi atau nylon 3/8 inchi.
# Hero Loop, sling pendek dari nylon, panjangnya antara 20-27 inchi.
Sling biasa digunakan untuk menghubungkan pengaman yang menempel ditebing dengan tali. Pengaitnya menggunakan carabiner. Cara paling sederhana membuat sling adalah dengan menggunakan webbing yang dibuat loop. Kedua ujung sling yang diberi carabiner disebut runner dan berfungsi sebagai penambat tali.
g. Chock
Chock terdiri dari sebuah sling atau kawat baja yang dikaitkan pada semacam bandul logam berfungsi sebagai pasak dan sling sebagai penghubung. Berdasarkan jenisnya, chock mempunyai 2 bentuk yaitu stopper dan hexentrix. Ujung bagian chock stopper berbentuk segi empat sedangkan hexentrix berbentuk segi enam. Masing-masing mempunyai fungsi tergantung pada celah tebingnya dan sebagai pengaman.
h. Cam Unit /Friend
Pengaman sisip ini berbentuk seperti setengah lingkaran roda bergerigi yang memiliki tangkai. Cara menggunakan friend hampir sama dengan pengaman chock yaitu diselipkan pada celah tebing. Roda-roda yang bergerigi dengan fleksibilitas pegasnya akan mendorong sisi-sisi tebing sehingga akan menghasilkan daya cengkram friend. Friend terdiri atas dua jenis rigid dan flexible. Pada friend jenis rigid, tangkainya berupa batangan logam yang kaku, tidak tepat penggunaannya dicelah tebing. Pada friend jebis fleksibel, tangkainya dari kawat besi sehingga lebih dinamis dan dapat digunakan untuk segala macam celah tebing.
i. Phiton
Phiton atau paku tebing merupakan pengaman yang paling klasik. Melihat jenisnya ada 2 jenis phiton yang masing-masing mempunyai ukuran bervariasi. Phiton jenis blade berbentuk pipih menyerupai pisau. Jenis ini efektif untuk celah-celah sempit. Phiton jenis angle digunakan untuk celah yang lebih besar. Cara menggunakan phiton adalah dengan menyelipkannya pada celah tebing dan memukul-mukul phiton dengan hammer seperti paku.
j. Jummar (ascender)
Suatu alat bantu untuk naik yang dipasang pada tali digunakan untuk teknik ascending. Cara kerjanya adalah ketika beban bertumpu pada ascender, maka tali akan terjepit padanya, dan ketika beban tidak bertumpu pada ascender maka akan mudah digerakan ke atas. Kelemahannya cenderung merusak tali, karena penjepitnya (camp) yang berbentuk paku-paku tajam mencengkram tali dengan dalam. Bila tidak ada alat ini bisa diganti dengan prusik dengan cara dililitkan pada tali (prusik knot).
k. Alat Belay (Descender & Grigri)
Alat belay mempunyai fungsi utama untuk melakukan teknik belay. Beberapa alat belay mempunyai funsi ganda sebagai alat rappelling, misalnya descender (figure of eight). Sebagai alat belay, descender merupakan alat paling favorit karena mempunyai prinsip kerja yang sederhana dan mudah di gunakan. Selain descender, grigri dapat digunakan untuk teknik belay alat ini bekerja otomatis saat melakukan belay, mengunci sendiri ketika dibebani.
l. Prussik
Tali kermantle yang berdiameter kecil (0,5-0,6) atau bisa diganti dengan tali nylon yang dihubungkan dengan fisherman knot sehingga menjadi sebuah loop. Fungsi prussik sangat banyak sehingga dalam setiap pemanjatan tebing alat ini harus selalu dibawa. Sifatnya statis.
m. Hammer/Palu
Dipakai untuk menancapkan piton/paku tebing ke dalam celah. Mempunyai bentuk yang khas yaitu bagian yang untuk menancapkan piton lebar dan cukup sebaliknya di sisi lain haruslah runcing (baji). Di bagian baji ini hendaknya ada bagian untuk mencongkel piton. Antara palu dan tangkainya haruslah menjadi satu dan di bagian tangkainya hendaknya ada lubang kecil sebagai untuk mengikat palu.
n. Stirr up/tangga tali
Ada dua jenis yaitu, metal stirr up yang terbuat dari logam dan dihubungkan dengan tali, dan sling stirr up yang terbuat dari tali. Digunakan sebagai alat bantu pada pemanjatan tebing apabila kita menemukan jalur yang sulit untuk di daki (misal : overhang)
o. Chalk Bag (kantong kapur) dan Magnesium
Suatu kantong yang biasanya digunakan untuk menaruh bubuk kapur. Kapur hanya berfungsi untuk membuat tangan tidak basah karena keringat saat memanjat, sehingga cengkraman atau genggaman tangan lebih kuat. Kapur yang sering digunakan adalah kapur magnesium carbonat (MgCO3). yang diikatkan pada bagian belakang pinggang.
II. PEMANJATAN
Prosedur Pemanjatan
Dalam suatu pemanjatan semua yang dilakukan haruslah terencana. Baik persiapan peralatan, pemasangan alat yang tepat, perhitungan langkah yang cepat, manajement rope, serta memperhatikan faktor keselamatan.
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar sebagai berikut:
1. Mengamati mengenal medan dan menentukan lintasan yang akan dilalui baik secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
2. Memikirkan teknik yang akan digunakan secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
3. Mempersiapkan persiapan yang diperlukan.
4. Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang telah di rencanakan.
5. Penyimpanan energi/ istirahat
Istilah dalam pemanjatan
Leader : Orang yang pertama memanjat / membuka jalur
Belayer : Orang yang mengamankan si pemanjat
Boulder : Latihan ketrampilan/ merambat
Travers : Berpindah / kekiri atau kekanan
Tope rope : Memanjat dengan tali yang terpasang
Hanging belay : Si pengaman membelay sambil menggantung
Teknik Memanjat
Teknik memanjat pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga, Cukup stabil, Memberi peluang untuk bergerak/memanjat, Dapat bertahan lama/tidak melelahkan .
Stabilitas/keseimbangan kedudukan badan muncul sebagai hasil hubungan antara berat badan gaya tumpuan/pegangan yang diberikan oleh permukaan tebing. Pengaruh letak badan, gaya tumpuan dan pegangan menentukan kestabilan yang diperoleh. Peluang gerak (untuk mendaki lebih lanjut) ditentukan oleh kemampuan menempatkan tubuh pada tempat yang cocok untuk kondisi medan yang dihadapi. Pada umumnya dinding tebing terdiri dari crack dan ledges karena pengaruh iklim, suhu, dan lain. Karena bermacam-macam kondisi permukaan dinding
Teknik memanjat dikelompokan berdasarkan 3 kategori umum yaitu:
a. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya, mempunyai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian besar berat tubuhnya pada tangan dan juga menampatkan badan rapat pada tebing. Ini adalah kecenderungan yang salah. Dalam pemanjatan usahakan untuk selalu memiliki tiga titik tumpuan, dari dua tangan satu kaki, atau dua kaki satu tangan.
b. Friction/slab climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya tumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, dimana kekerasan permukaan tebing cukup untuk menghasilkan gaya gesekan.
c. Fissure Climbing
Jika diperhatikan bagaimana sebuah pasak dapat terbenam erat-erat dalam celah maka terlihat bahwa pasak sudah tercabut dari celah tempat dipasang karena adanya gaya penahan yang diberikan oleh dinding celah tersebut. Celah/crack dapat dipergunakan untuk menghasilkan gaya penahan sedemikian rupa dengan mempergunakan anggota badan atau bagian dari anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak.
Teknik pemanjatan yang sekarang ini terbagi menjadi 3 bagian :
a. Artifisial Climbing
Adalah pemanjatan yang seluruhnya menggantungkan pada peralatan. Baik itu peralatan pengaman sisip yang menggunakan rekahan-rekahan maupun peralatan untuk melubangi tebing yaitu bor.
b. Free Climbing
Dapat diartikan suatu pemanjatan yang “on sight”, pemanjatan yang benar-benar menggunakan ketrampilan walaupun tetap menggunakan alat atau pegangan sisip atau paku tebing, pengaman hanya untuk istirahat dan pengamanan saat pemanjat jatuh
c. Solo Climbing
Adalah teknik pemanjatan yang dilakukan seorang diri tanpa adanya orang kedua sebagai pengaman.
TEKNIK-TEKNIK DALAM PEMANJATAN TEBING
☻ PEGANGAN
Idealnya, pegangan tangan lebih banyak berfungsi mendukung tumpuan beban di kaki dan menjaga keseimbangan tubuh dan berfungsi membantu kaki dalam menopang beban tubuh.
• Open Grip
Teknik open grip biasa digunakan pada permukaan yang luas bentuk sebuah genggaman. Apabila permukaan tebing besar untuk sebuah genggaman, seluruh jari dan telapak tangan teknik ini dapat digunakan.
• Pinch Grip
Sesuai namanya, pinch grip adalah teknik pegangan tangan seperti mencubit. Kekuatan pegangan diperoleh karena tekanan antara ibu jari dengan jari-jari lainnya secara berlawanan arah mencubit permukaan tebing. Teknik pinch grip biasa digunakan pada cacat tebing berupa tonjolan.
• Crimp Grip
Teknik crimp grip, pada umumnya dilakukan pada permukaan tebing yang tipis. Teknik ini sangat mengandalkan kekuatan yang besar pada otot-otot jari.
• Palming
Dalam teknik palming, bagian telapak tangan yang digunakan sebagai pegangan. Fungsi tangan pada palming, sebagai penopang dan pendorong beban tubuh naik ke atas. Teknik ini dapat digunakan pada permukaan tebing yang slab.
• SidePull
Sidepull adalah teknik pegangan dengan cara menarik celah rekahan tebing ke arah samping kanan atau kiri karena bentuk celah rekahan biasanya memanjang vertical. Teknik sidepull dapat digunakan misalnya untuk posisi istirahat selama perintisan jalur dengan cara posisi tangan diluruskan semaksimal mungkin.
• Jamming
Tiga jenis pegangan jamming yaitu :
a. fingers jamming
Digunakan pada crack yang hanya menyisakan celah untuk beberapa ruas jari. Caranya adalah memasukkan jari-jari ke dalam crack semaksimal mungkin dengan posisi jempol ke bawah dan telapak tangan menghadap keluar, lalu putar pergelangan tangan ke arah bawah.
b. Hand Jamming
Apabila crack lebih lebar dan dapat menampung seluruh bagian telapak tangan, maka teknik ini dapat digunakan. Caranya adalah memasukkan telapak tangan ke dalam crack dengan posisi jempol diselipkan dibagian dalam telapak tangan.
c. First Jamming
Kita dapat menggunakan teknik ini untuk crack yang lebih lebar lagi yaitu dengan cara menjejali crack dengan telapak tangan. Kedua sisi kiri dan kanan kepalan tangan akan menekan kedua sisi crack sehingga kepalan tangan mengunci pegangan.
• Off-width
Teknik ini digunakan ketika ukuran tangan sudah tidak bisa menjangkau sisi crack. Crack terlalu lebar untuk dijejali tangan. Cara yang dapat digunakan untuk adalah dengan memanfaatkan seluruh bagian lengan, mulai dari telapak tangan hingga punggung dengan menggunakan teknik off-width.
• Stemming and Bridging
Digunakan pada crack yang sangat lebar tetapi kedua sisinya masih dijangkau dengan tangan. Crack untuk teknik ini biasa berbentuk cerobong asap. Crack semacam ini disebut dengan chimney.
☻ PIJAKAN
Bentuk pijakan kaki di tebing menyesuaikan dengan bentuk permukaan tebing. Bentuk permukaan tebing sendiri bervariasi.
• Smearing
Teknik smearing biasa dipakai pada permukaan tebing slab, yaitu muka tebing dengan yang kemiringannya kurang dari 90 derajat. Dalam teknik ini, hampir seluruh beban tubuh bertumpu pada kaki.
• Edging
Pada permukaan tebing yang tegak lurus bersudut 90 derajat atau lebih (overhang). Pijakan kaki lebih optimal menggunakan teknik edging, yaitu memanfaatkan ujung depan sepatu panjat pada permukaan tebing yang tipis.
• Hooking
Kaki tidak hanya berfungsi sebagai pijakan yang menopang tubuh, tetapi digunakan sebagai pengait yang menahan tubuh saat tubuh dalam posisi menggantung pada medan overhang atau roof.
Memanjat Tebing Slab dan Overhang
Tebing alam yang yang kita panjat tidak selalu 90 derajat vertikal. Tebing yang derajat kemiringannya lebih besar dari 90 biasa disebut Slab. Tergantung dari jenis batu ditebing tersebut, untuk memanjat slab pada umumnya diperlukan banyak friksi atau kontak dari sebagian besar karet sepatu.
Pada saat memanjat tebing slab posisi badan harus cenderung tegak lurus yang memungkinkan pusat gravitasi yang jatuh (tekanan berat badan) sepenuhnya tertumpu pada bagian kaki yang menempel pada tebing. jika memanjat tebing slab dengan posisi badan yang paralel/ sejajar dengan kemiringan tebing,akan mudah tergelincir dan jatuh. Posisi yang salah ini sangat populer dikalangan pemula dikarenakan rasa takut jatuh yang membuat mereka berpikir dengan memeluk/menempelkan badan ke tebing akan menyelamatkan mereka.
Sedangkan tebing yang kemiringannya lebih kecil dari 90 derajat biasa disebut Overhang. Untuk memanjat tebing overhang diperlukan kekuatan yang tinggi dan tehnik memanjat yang baik. Salah satu kekuatan yang penting yaitu core strength atau kekuatan otot-otot perut, Karena otot perut diperlukan untuk menghubungkan kekuatan tangan dan kekuatan kaki sehingga badan akan tetap dekat dengan tebing yang akan membuat mudah mengontrol keseimbangan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memanjat tebing overhang :
1. Memanjat dengan cepat. Saat memanjat tebing overhang tangan lebih cepat lelah. Dengan memanjat cepat dan menggunakan energi yang se-efektif dan se-efeisien mungkin. Memanjat dengan cepat artinya harus cepat dalam mengambil keputusan dimana akan menempatkan kaki dan pegangan mana yang akan dicapai berikutnya.
2. Pertahankan tiga titik kontak atau Three points of Contact. Rumus ini dikenal sebagai aturan dasar memanjat tebing untuk para pemula Pada saat melakukan gerak vertikal usahakan tiga titik tetap menempel yaitu dua kaki dan satu tangan, atau sebaliknya; dua tangan dan satu kaki.
3. Pada saat posisi pegangan dan tumpuan kaki sudah bagus dan mendukung istirahatlah dan goyang-goyangkan tangan dan jari-jari supaya otot-otot lebih segar untuk mengeksekusi gerak selanjutnya. Untuk pemanjatan rute panjang, harus pintar-pintar mengambil kesempatan untuk sering beristirahat.
4. Tetaplah fokus dan bernafas dengan baik.
▲ Ascending
Teknik Ascending yaitu memanjat dengan meniti pada seutas tali yang sudah tertambat di atasnya. Teknik ascending dilakukan dengan menggunakan alat ascender. Model ascender yang sering digunakan umumnya jenis jumar. Prinsip kerja jumar adalah menjepit tali apabila jumar dibebani.selain menggunakan jumar, ascending dapat dilakukan dengan cara klasik, yaitu menggunakan tali prussic yang disimpulkan pada fixed rope. Teknik ini disebut prusiking.
▲ Rappeling
Rappelling adalah kebalikan ascending, yaitu teknik memudahkan pemanjat turun tebing dengan meniti pada tali. Selain rappelling, ada beberapa istilah yang biasa digunakan untuk turun tebing, seperti abseiling atau ropping down. Teknik rappelling dilakukan dengan memanfaatkan friksi antara tali dan alat rappelling (descender). Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing.
Prinsip Rappeling adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan gaya berat dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong.
2. Pengunaan tali rappel sebagai alur lintasan dan tempat bergantung.
3.Penggunaan salah satu tangan untuk keseimbangan dan satu lagi untuk mengatur kecepatan turun.
Macam-macam variasi teknik rappling banyak mengalami perkembangan yang sesuai dengan perkembangan dan peralatan yang diciptakan manusia. Beberapa cara turun tebing, yaitu :
a. Body Rappel/dulfer
Dengan melilitkan tali langsung pada tubuh. Tali rappelling lewat di antara dua kaki, lalu menyilang diagonal di dada membentuk huruf “S” dan melewati bahu.
b. Sling Rapple
Dengan menggunakan webbing dan carabiner. Webbing dibuat menjadi loop untuk mengikat kedua paha, lalu dikaitkan pada tali menggunakan carabiner dan menyilang melewati bahu.
c. Arm Rapple/Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati belakang badan. Untuk tebing yang tidak terlalu curam.
d. Break Bar
Teknik ini menggunakan sejumlah karabiner untuk membuat sebuah gaya friksi yang benar. Selama itu pula mengggunakan figure of eight untuk turun.
Dalam rappeling usahakan selalu posisi badan tegak lurus pada tebing dan jangan terlalu cepat bergerak. Usahakan kurangi kecepatan, sedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali lintasan.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai turun tebing :
1. Periksa dulu anchor, carabiner pengait alat rappelling terkunci.
2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang digunakan.
3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang (siap pakai)
4. Sebelum mulai turun posisi tangan jangan dalam keadaan menahan/mengerem
5. Jangan lihat ke atas, mungkin ada batu atau tanah yang terjatuh.
6. Pastikan bahwa pakaian tidak tersangkut carabiner (posisi tubuh agak menjauh dari tali).
7. Lihat kemana hendak turun dan, pastikan tali sampai kebawah.
8. HAPPY LANDING…….!!!!!!!
▲ Belay
Dalam panjat tebing, tali berfungsi mengamankan pemanjat agar tidak terjatuh. Sistem mengamankan pemanjat menggunakan teknik belay, dimana seorang pemanjat diamankan oleh seorang belayer dibawah lintasan tebing. Dalam teknik belay, tanggung jawab belayer cukup besar dalam mengamankan pemanjat. Kemungkinan jatuhnya pemanjat dapat terjadi setiap saat. Oleh karena itu, belayer harus fokus dan siaga dalam kondisi apapun. Sebelum pemanjatan, belayer harus mengecek semua kesiapan termasuk pemanjat. Apakah harness sudah terpasang dengan baik? Apakah carabiner sudah terkunci dengan benar? Semua menjadi tanggung jawab seorang belayer.
Beberapa istilah yang digunakan untuk komunikasi antara pemanjat dan belayer dalam teknik belay sebagai berikut :
1. Climber Up, Belay On (pemanjat ke belayer).yaitu, pemanjat sudah siap melakukan pemanjatan, dan belayer siap mengamankan.
2. On Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat sudah siap melakukan pemanjatan.
3. Belay On (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer sudah siap mengamankan
4. Off Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat meminta belayer untuk menghentikan belay.
5. Belay Off (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer menghentikan belay.
6. Slack (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah mengulur tali.
7. Pull (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah menarik tali.
8. Rock !!! (pemanjat ke belayer). Yaitu, peringatan ada batu yang jatuh. Posisi belayer merapatkan tubuhnya ke tebing.
III. SIMPUL-SIMPUL
Dalam panjat tebing, simpul tali mempunyai jenis beragam. Setiap jenis mempunyai fungsi dan tekniknya masing-masing. Berikut adalah beberapa simpul dasar yang di gunakan dalam panjat tebing:
1. Overhand Knot
Simpul ini berfungsi sebagai pengunci simpul-simpul lain, menghentikan geseran pada tali, dan membuat loop untuk anchor.
2. Figure Of Eight
Dinamakan figure of eight karena bentuk simpulnya berbentuk angka delapan. Mempunyai beberapa fungsi dan dapat di buat dengan beberapa teknik. Di arena memanjat, figure of eight lebih sering digunakan untuk mengikat harness.
3. Bowline Knot
Bowline knot lebih sering digunakan untuk mengikat harness pada latihan di jalur free climbing yang lintasannya pendek. Namun, setelah dipicu oleh beberapa kecelakaan karena penggunaannya, saat ini simpul bowline tidak disarankan untuk mengikat harness. Simpul ini berfungsi juga untuk mengikat sesuatu tetapi tidak menjerat, dan penambat sesuatu (misal, mengikat leher binatang).
4. Fisherman’s Knot
Simpul fisherman’s umumnya dipakai untuk menyambung dua buah tali. Penyambungan tali dilakukan karena tali yang digunakan kurang panjang dan digunakan untuk membuat loop tali prussik.
5. Sheet Bend
Simpul ini berguna untuk mengikat dua ujung tali ukuran atau jenisnya berbeda, misalnya untuk mengikat ujung tali webbing dengan ujung tali kernmantle atau prussik.
6. Prussik Knot
Simpul prussik adalah simpul klasik yang sering digunakan untuk ascending (prussiking). Selain untuk ascending, simpul ini berguna pula untuk berbagai fungsi, misalnya sebagai pengaman tambahan untuk rappelling.
7. Water Knot/ Tape Knot
Sering disebut juga simpul pita. Simpul ini digunakan untuk mengikat tali webbing, berguna untuk menyambung dua buah ujung tali webbing baik untuk membuat loop maupun menambah panjang webbing. Simpul ini juga biasa di gunakan untuk membuat sling. Dalam membuat simpul ini, sisakan kira-kira 5 cm ujung webbing-nya untuk mencegah lepasnya simpul.
8. Clove Hitch
Clove Hitch dapat digunakan untuk berbagai fungsi, misalnya mengikat harness ke anchor atau mengikat tali pada pohon.
9. Italian Hitch
Simpul ini dulu biasa digunakan untuk belay atau rappelling bila tidak ada alat rappelling(figure of eight, grigri).
10. Anchor Knot
Simpul ini berfungsi untuk menyangkutkan tali prussik atau webbing sebagai pengaman ke dalam celah-celah tebing. Dapat pula diikatkan pada tonjolan batu tebing seperti tanduk atau muka tebing yang bentuk celahnya berlubang sebagai anchor.
11. Spanish Bowline
Simpul ini berfungsi untuk menambatkan tali ke tonjolan tebing sebagai pengaman dan pengganti anchor pada dinding tebing.
IV. PERAWATAN ALAT-ALAT DALAM ROCK CLIMBING
Dalam rock climbing, peralatan-peralatan yang digunakan harus benar-benar diperhatikan. Hal ini di sebabkan peralatan tersebut dapat rusak tanpa terlihat kerusakannya. Bagi seorang pemanjat tebing (Climber), peralatan tersebut ibarat nyawa bagi mereka yang memang menyangkut keselamatan mereka sendiri. Bila peralatan tersebut pada saat digunakan rusak, maka taruhannya adalah nyawa. Dengan kata lain, keselamatan kita tergantung pada perawatan yang digunakan.
Faktor ketelitian dan kecermatan dalam merawat peralatan tersebut sangat penting. Sebelum digunakan, kita harus meneliti dulu keadaan peralatan yang akan kita gunakan. Dan yang lebih penting lagi adalah membersihkan lagi peralatan tersebut setelah digunakan.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam perawatan peralatan rock climbing antara lain :
A. JANGAN MENGINJAK TALI, WEBBING, SLING, DAN PERALATAN LAIN YANG DIGUNAKAN DALAM ROCK CLIMBING.
Hal ini disebabkan bila kita menginjak alat-alat tersebut akan cepat rusak, dimana kotoran dan tanah yang melekat pada tali yang terbuat dari nylon tersebut dapat membusuk, ikatan/anyaman dalam tali akan rusak atau putus.
B. HINDARI GESEKAN TERHADAP ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SEMINIMAL MUNGKIN.
Bila terlalu sering terjadi gesekan juga akan merusak tali. Gesekan tersebut dapat terjadi antara lain gesekan tali dengan tebing, tali dengan alat lain.
C. JANGAN MENJATUHKAN/MELEMPARKAN ALAT-ALAT YANG TERBUAT DARI LOGAM.
Bila hal ini dilakukan maka alat tersebut dapat rusak. Kita kadang tidak sadar melempar alat-alat tersebut bila sedang digunakan. Hal ini akan mengakibatkan bagian dalam dari alat tersebut dapat hancur walaupun bagian luarnya masih utuh.
D. HINDARI PENGGUNAAN OBAT-OBATAN KIMIA/SABUN DALAM PENCUCIAN ALAT.
Bila tidak terlalu kotor cukup dibersihkan dengan air bersih (khusus untuk alat-alat non logam). Bila dianggap tidak perlu sebaiknya jangan digunakan.
E. KHUSUS UNTUK TALI JANGAN SAMPAI MELINTIR BILA KITA MENGGULUNG TALI SETELAH DIGUNAKAN.
Hal ini disebabkan bila tali melintir setelah digulung akan cepat rusak. Ikatan/anyaman tali menjadi tidak rapat (tidak teratur) dan tali juga akan rusak karena selalu dalam keadaan tegang dan usahakan tali dalam keadaan normal bila tidak digunakan.
Kita harus selalu menjaga alat-alat yang ada apabila kita ingin aman dan selamat dalam kegiatan rock climbing. Selain hal tersebut di atas haraga alat-alat rock climbing di Indonesia masih tergolong barang yang mahal. Jadi harus dirawat sebaik mungkin bila kita tidak ingin kehilangan biaya yang mahal.
PEMELIHARAAN TALI
1. Hindari ujung tali yang terurai. dengan cara dibakar / ditempelkan dengan pisau panas
2. Tali kernmantel yang baru dibeli harus terlebih dahulu dicuci agar sisa-sisa bahan kimia dari pabrik dapat hilang dan lapisan luar dengan lapisan dalam dapat menyatu. Setelah dipakai ekspedisi atau latihan, tali harus dicuci, jangan menggunakan air panas atau sabun.
3. Hindari tali dari air panas atau panas matahari, karena nylon akan meleleh pada suhu 215-220 C.
4. Hindari terjadinya gesekan secara langsung (friksi).
5. Hindari turun dengan cara meloncat dan menghentak tali, karena hal ini dapat mengurangi daya tahan tali secara perlahan-lahan.
6. Hindari tali dari zat-zat kimia korosif (asam baterai) agar tidak hancur.
7. Jangan menduduki tali atau menginjaknya, karena tanah atau kotoran lainnya dapat menyelinap masuk diantara serat-serat tali dan mempercepat kerusakan tali, terutama untuk kernmantel.
8. Bebaskan tali dari segala macam simpul setelah dipakai.
9. Jangan menggantungkan tali dengan beban berat yang cukup lama, dan juga jangan dipergunakan untuk menarik mobil dan beban berat lainnya. Sebab tali akan kehilanangan daya elastisnya, sehingga akan cepat putus bila mendapat hentakan dengan beban yang berat.
10. Ceklah tali sebelum dipergunakan kembali. Tali kernmantel sering mengalami kerusakan pada bagian dalamnya, misalnya serat-serat yang putus. Rabalah dan telusuri tali tiap jengkalnya, jika ada yang putus akan terasa perbedaan besar diameter tali tersebut.
11. Catatlah riwayat tali tersebut untuk mengetahui perkiraan kekuatannya.
Penggunaan tali dianjurkan (tanpa jatuh) tergantung banyak hal :
1. Frekuensi pemakaian dan cara penanganannya.
2. Jenis batuan.
3. Berdasarkan pintalan tali.
4. Pengaruh cuaca.
Tali dianjurkan untuk tidak digunakan lagi, jika:
1. Rusak mekanis (tertimpa batu, terinjak crampon dll)
2. Mantelnya sudah terurai.
3. Sudah mengalami beberapa fall.
4. Sudah dipakai secara terus-menerus lebih dari 5 tahun
5. Terkena zat kimia ( bensin, oli, dll )
phone : 081 321 5000 36 (ari aditya)
YM : indonesianadventure
ROCK CLIMBING
Rock Climb |
Rock climbing pada dasarnya adalah teknik memanjat tebing dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan. kegiatan ini memerlukan penguasaan teknik mendaki yang khusus dan peralatan mendukung yang memadai. Kemampuan untuk mencengkram dari tangan, menjejal dan menjajak dari kaki adalah mutlak diperlukan juga pemusatan berat tubuh dan keseimbangan menjadi hal yang penting pula.
Disamping itu, penguasaan penggunaan alat adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan. Peralatan pendukung diperlukan ketika melakukan pemanjatan pada tebing-tebing yang sudah tidak mungkin lagi ditempuh tanpa peralatan (mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi) atau dianggap terlalu berbahaya apabila ditempuh dengan tidak menggunakan peralatan. Untuk menjadi seorang pemanjat yang baik,diperlukan beberapa persyaratan yaitu antara lain; sikap mental, pengetahuan dan ketrampilan, kondisi fisik yang prima dan etika.
Dalam mencapai hasil yang terbaik dalam kegiatan ini, diperlukan persiapan yang matang dalam hal fisik maupun mental serta persiapan lain yang mendukung kegiatan ini.
A. PERLENGKAPAN
Perlengkapan dalam kegiatan rock climbing ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perlengkapan Pribadi
a. Sepatu
Sepatu merupakan peralatan dasar pertama yang harus dimiliki seorang pemanjat. Keutamaan sepatu adalah pada karet solnya yang ampuh untuk mencengkram tebing. Sepatu ini mempunyai ciri khusus yaitu pada solnya yaitu kelenturan karet sol sepatunya yang mengikuti bentuk permukaan tebing yang tidak beraturan. Keseimbangan sol pada sepatu ini yaitu bila mendapat tekanan yang memanjang (mengikuti arah jari kaki) sol itu akan lentur, sesuai dengan gerak telapak kaki. Tetapi kalau mendapat tekanan yang melebar sol itu akan kaku dan keras. Namun, sepatu belum tentu cocok dengan kondisi tebingnya. Tidak semua tebing mempunyai karakteristik yang sama Sepatu panjat mempunyai 3 jenis sol karet yaitu,Hard, soft, medium.
Untuk memanjat tebing yang bercelah lebar (wide crack) seperti di big wall, sepatu panjat yang tinggi hingga menutupi mata kaki lebih sesuai dan memiliki sol yang keras (hard sole) serta efektif untuk memanjat celah yang lebar. Untuk tebing-tebing vertikal dan mulus, membutuhkan sol sepatu yang lembut agar ujung-ujung kaki dapat merasakan pijakan batu tebing.
b. Pakaian
Pakaian harus dapat melindungi si pemakai dari gangguan medan dan cuaca. Yang meliputi pakaian untuk kepala, badan, kaki, dan tangan.
c. Perlengkapan Tambahan
Meliputi perlengkapan untuk tidur/menginap, bekal makanan/minuman, perlengkapan memasak, obat-obatan dan lain-lain.
2. Perlengkapan Teknis
a. Tali (Rope)
Tali yang dipergunakan dalam pendakian (Climbing Rope) sebaiknya bersifat fleksibel, elastis dan tahan lama terhadap beban yang berat. Diameter tali berkisar 11, 10, dan 9 mm. kemampuan menahan beban berkisar antara 3000-6000 pounds (lbs). Bahan yang dipergunakan umumnya nylon. Dalam kegiatan pecinta alam ada dua macam tali yang biasa dipakai, yaitu :
Kernmantle
Tali ini mempunyai 2 bagian, bagian inti (Kern) dan lapisan yang menyelimutinya (Mantle). Berdasarkan elastisitas kelenturannya, tali kernmantle ada 3 jenis, yaitu:
# Kernmantle static
Bagian dalam tidak dianyam, bagian luarnya dianyam rapat sehingga daya elongasi tidak begitu tinggi antara 3-5 %, apabila terkena beban normal.
Cenderung kaku
Diameter 9-10 mm
Biasa digunakan untuk caving vertical
Biasanya berwarnakan putih , dimaksudkan untuk mudah terlihat dalam kegelapan
# Kernmantle Dynamic
Bagian intinya dianyam, bagian luarnya dianyam cukup renggang sehingga daya elongasi/lenturnya yang dipunyai cukup tinggi,berkisar 5-20 % apabila terkena beban normal. Sehingga dalam menahan jatuh dapat menyerap impact force/tenaga yang cukup tinggi.
Diameter 8, 9 mm atau 10,5 mm
Biasa digunakan untuk panjat tebing
Berwarna terang atau mencolok
# Semi static dan dynamic
Bagian luarnya tidak dianyam dengan rapat tapi bagian dalamnya lurus sehingga
daya lenturnya rendah tetapi cukup mudah untuk membuat simpul
Biasanya digunakan untuk rescue agar korban tidak mengalami banyak guncangan
Kelebihan dari tali kernmantle: Tidak berat, elastis, kekuatan lebih besar dibanding Hawser Laid.
Kelemahan dari tali kernmantle: Sulit/ tidak dapat langsung dilihat apabila mengalami keausan karena terbungkus mantelnya
Dalam rock climbing, tali digunakan sebagai pengaman dalam pendakian, kecuali apabila menemui lintasan yang sulit untuk dilalui (misal over hang), kita sepenuhnya bergantung pada tali.
Hawser Laid
Tali ini dibuat dari hasil pilinan 3 bagian.yang masing-masing juga
dibuat dari hasil pilinan.tali ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
Tahan terhadap abrasi.
Mempunyai daya lentur yang tinggi (40%).
Dalam keadaan darurat, tali dapat diurai menjadi 3 bagian yang masing-masing terpilin, lalu disambung-sambung sehingga mendapatkan tali yang 3 kali lebih panjang.
Sedangkan kelemahan tali ini adalah :
Cenderung menjadi kaku jika sudah banyak dipakai, sehingga agak sukar membuat simpul.
Cenderung melintir jika dipakai untuk rappelling/abseiling.
Debu dan kerikil yang mudah melekat pada tali ini mengakibatkan kerusakan pada tali bantu yang lain.
b. Helmet
Terbuat dari bahan yang ringan namun kuat untuk menahan benda-benda yang tajam (bagian luar). Sementara di bagian dalam terdapat lapisan yang berguna untuk menahan benturan langsung dengan bagian luar, selain itu dilengkapi dengan tali pengikat di dagu. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari jatuhan batu atau benturan tebing.
c. Harness
Tali pengaman tubuh yang berfungsi sebagi sabuk pengaman. Ada dua macam harness yaitu:
# Sit Harness
Sabuk pengaman yang dililitkan pada pinggang sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai pengaman. Jika kita menggunakan sit harness dan dalam pendakian kita jatuh, posisi kaki kita kemungkinan di atas, dan kemungkinan kita lolos/lepas dari harness bisa terjadi.
# Full Body Harness
Ini lebih aman di banding sit harness. Bila kita jatuh, posisi kaki kita akan tetap di bawah.
d. Webbing
Alat disebut webbing (pita) karena bentuknya pipih lebar seperti pita. Fungsi utama webbing adalah menghubungkan pengaman sisip pada celah tebing dengan tali yang disimpul pada harness pemanjat. Webbing sering pula digunakan untuk menghubungkan berbagai peralatan panjat dengan mengikatnya satu sama lain menggunakan carabiner, misalnya menghubungkan harness dengan jumar.
e. Carabiner
Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau D dan mempunyai ‘gate’ yang berfungsi sebagai penghubung antara tali dengan carabiner. Biasanya terbuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan antara 1500-3500 kg. Ada dua jenis carabiner yaitu, non-screw gate dan screw gate. Carabiner merupakan salah satu alat yang terpenting dalam memanjat tebing. Carabiner yang baik dan aman harus mampu menahan beban 2200 kg (pintu tertutup) atau 1200 kg (pintu terbuka) dengan posisi poros yang panjang utama dan harus menahan beban berat 600 kg pada poros yang pendek.
f. Sling dan Runner
Sling biasa terbuat dari nylon, dibuat dari tubular webbing dan terdiri dari 3 tipe:
# Standar, panjang 10 feet lebar 1 inchi dibentuk menjadi sebuah loop dan dihubungkan dengan simpul.
# Prusik Sling, dibuat dari bahan gold line 0,25 inchi atau nylon 3/8 inchi.
# Hero Loop, sling pendek dari nylon, panjangnya antara 20-27 inchi.
Sling biasa digunakan untuk menghubungkan pengaman yang menempel ditebing dengan tali. Pengaitnya menggunakan carabiner. Cara paling sederhana membuat sling adalah dengan menggunakan webbing yang dibuat loop. Kedua ujung sling yang diberi carabiner disebut runner dan berfungsi sebagai penambat tali.
g. Chock
Chock terdiri dari sebuah sling atau kawat baja yang dikaitkan pada semacam bandul logam berfungsi sebagai pasak dan sling sebagai penghubung. Berdasarkan jenisnya, chock mempunyai 2 bentuk yaitu stopper dan hexentrix. Ujung bagian chock stopper berbentuk segi empat sedangkan hexentrix berbentuk segi enam. Masing-masing mempunyai fungsi tergantung pada celah tebingnya dan sebagai pengaman.
h. Cam Unit /Friend
Pengaman sisip ini berbentuk seperti setengah lingkaran roda bergerigi yang memiliki tangkai. Cara menggunakan friend hampir sama dengan pengaman chock yaitu diselipkan pada celah tebing. Roda-roda yang bergerigi dengan fleksibilitas pegasnya akan mendorong sisi-sisi tebing sehingga akan menghasilkan daya cengkram friend. Friend terdiri atas dua jenis rigid dan flexible. Pada friend jenis rigid, tangkainya berupa batangan logam yang kaku, tidak tepat penggunaannya dicelah tebing. Pada friend jebis fleksibel, tangkainya dari kawat besi sehingga lebih dinamis dan dapat digunakan untuk segala macam celah tebing.
i. Phiton
Phiton atau paku tebing merupakan pengaman yang paling klasik. Melihat jenisnya ada 2 jenis phiton yang masing-masing mempunyai ukuran bervariasi. Phiton jenis blade berbentuk pipih menyerupai pisau. Jenis ini efektif untuk celah-celah sempit. Phiton jenis angle digunakan untuk celah yang lebih besar. Cara menggunakan phiton adalah dengan menyelipkannya pada celah tebing dan memukul-mukul phiton dengan hammer seperti paku.
j. Jummar (ascender)
Suatu alat bantu untuk naik yang dipasang pada tali digunakan untuk teknik ascending. Cara kerjanya adalah ketika beban bertumpu pada ascender, maka tali akan terjepit padanya, dan ketika beban tidak bertumpu pada ascender maka akan mudah digerakan ke atas. Kelemahannya cenderung merusak tali, karena penjepitnya (camp) yang berbentuk paku-paku tajam mencengkram tali dengan dalam. Bila tidak ada alat ini bisa diganti dengan prusik dengan cara dililitkan pada tali (prusik knot).
k. Alat Belay (Descender & Grigri)
Alat belay mempunyai fungsi utama untuk melakukan teknik belay. Beberapa alat belay mempunyai funsi ganda sebagai alat rappelling, misalnya descender (figure of eight). Sebagai alat belay, descender merupakan alat paling favorit karena mempunyai prinsip kerja yang sederhana dan mudah di gunakan. Selain descender, grigri dapat digunakan untuk teknik belay alat ini bekerja otomatis saat melakukan belay, mengunci sendiri ketika dibebani.
l. Prussik
Tali kermantle yang berdiameter kecil (0,5-0,6) atau bisa diganti dengan tali nylon yang dihubungkan dengan fisherman knot sehingga menjadi sebuah loop. Fungsi prussik sangat banyak sehingga dalam setiap pemanjatan tebing alat ini harus selalu dibawa. Sifatnya statis.
m. Hammer/Palu
Dipakai untuk menancapkan piton/paku tebing ke dalam celah. Mempunyai bentuk yang khas yaitu bagian yang untuk menancapkan piton lebar dan cukup sebaliknya di sisi lain haruslah runcing (baji). Di bagian baji ini hendaknya ada bagian untuk mencongkel piton. Antara palu dan tangkainya haruslah menjadi satu dan di bagian tangkainya hendaknya ada lubang kecil sebagai untuk mengikat palu.
n. Stirr up/tangga tali
Ada dua jenis yaitu, metal stirr up yang terbuat dari logam dan dihubungkan dengan tali, dan sling stirr up yang terbuat dari tali. Digunakan sebagai alat bantu pada pemanjatan tebing apabila kita menemukan jalur yang sulit untuk di daki (misal : overhang)
o. Chalk Bag (kantong kapur) dan Magnesium
Suatu kantong yang biasanya digunakan untuk menaruh bubuk kapur. Kapur hanya berfungsi untuk membuat tangan tidak basah karena keringat saat memanjat, sehingga cengkraman atau genggaman tangan lebih kuat. Kapur yang sering digunakan adalah kapur magnesium carbonat (MgCO3). yang diikatkan pada bagian belakang pinggang.
II. PEMANJATAN
Prosedur Pemanjatan
Dalam suatu pemanjatan semua yang dilakukan haruslah terencana. Baik persiapan peralatan, pemasangan alat yang tepat, perhitungan langkah yang cepat, manajement rope, serta memperhatikan faktor keselamatan.
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar sebagai berikut:
1. Mengamati mengenal medan dan menentukan lintasan yang akan dilalui baik secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
2. Memikirkan teknik yang akan digunakan secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
3. Mempersiapkan persiapan yang diperlukan.
4. Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang telah di rencanakan.
5. Penyimpanan energi/ istirahat
Istilah dalam pemanjatan
Leader : Orang yang pertama memanjat / membuka jalur
Belayer : Orang yang mengamankan si pemanjat
Boulder : Latihan ketrampilan/ merambat
Travers : Berpindah / kekiri atau kekanan
Tope rope : Memanjat dengan tali yang terpasang
Hanging belay : Si pengaman membelay sambil menggantung
Teknik Memanjat
Teknik memanjat pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga, Cukup stabil, Memberi peluang untuk bergerak/memanjat, Dapat bertahan lama/tidak melelahkan .
Stabilitas/keseimbangan kedudukan badan muncul sebagai hasil hubungan antara berat badan gaya tumpuan/pegangan yang diberikan oleh permukaan tebing. Pengaruh letak badan, gaya tumpuan dan pegangan menentukan kestabilan yang diperoleh. Peluang gerak (untuk mendaki lebih lanjut) ditentukan oleh kemampuan menempatkan tubuh pada tempat yang cocok untuk kondisi medan yang dihadapi. Pada umumnya dinding tebing terdiri dari crack dan ledges karena pengaruh iklim, suhu, dan lain. Karena bermacam-macam kondisi permukaan dinding
Teknik memanjat dikelompokan berdasarkan 3 kategori umum yaitu:
a. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya, mempunyai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian besar berat tubuhnya pada tangan dan juga menampatkan badan rapat pada tebing. Ini adalah kecenderungan yang salah. Dalam pemanjatan usahakan untuk selalu memiliki tiga titik tumpuan, dari dua tangan satu kaki, atau dua kaki satu tangan.
b. Friction/slab climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya tumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, dimana kekerasan permukaan tebing cukup untuk menghasilkan gaya gesekan.
c. Fissure Climbing
Jika diperhatikan bagaimana sebuah pasak dapat terbenam erat-erat dalam celah maka terlihat bahwa pasak sudah tercabut dari celah tempat dipasang karena adanya gaya penahan yang diberikan oleh dinding celah tersebut. Celah/crack dapat dipergunakan untuk menghasilkan gaya penahan sedemikian rupa dengan mempergunakan anggota badan atau bagian dari anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak.
Teknik pemanjatan yang sekarang ini terbagi menjadi 3 bagian :
a. Artifisial Climbing
Adalah pemanjatan yang seluruhnya menggantungkan pada peralatan. Baik itu peralatan pengaman sisip yang menggunakan rekahan-rekahan maupun peralatan untuk melubangi tebing yaitu bor.
b. Free Climbing
Dapat diartikan suatu pemanjatan yang “on sight”, pemanjatan yang benar-benar menggunakan ketrampilan walaupun tetap menggunakan alat atau pegangan sisip atau paku tebing, pengaman hanya untuk istirahat dan pengamanan saat pemanjat jatuh
c. Solo Climbing
Adalah teknik pemanjatan yang dilakukan seorang diri tanpa adanya orang kedua sebagai pengaman.
TEKNIK-TEKNIK DALAM PEMANJATAN TEBING
☻ PEGANGAN
Idealnya, pegangan tangan lebih banyak berfungsi mendukung tumpuan beban di kaki dan menjaga keseimbangan tubuh dan berfungsi membantu kaki dalam menopang beban tubuh.
• Open Grip
Teknik open grip biasa digunakan pada permukaan yang luas bentuk sebuah genggaman. Apabila permukaan tebing besar untuk sebuah genggaman, seluruh jari dan telapak tangan teknik ini dapat digunakan.
• Pinch Grip
Sesuai namanya, pinch grip adalah teknik pegangan tangan seperti mencubit. Kekuatan pegangan diperoleh karena tekanan antara ibu jari dengan jari-jari lainnya secara berlawanan arah mencubit permukaan tebing. Teknik pinch grip biasa digunakan pada cacat tebing berupa tonjolan.
• Crimp Grip
Teknik crimp grip, pada umumnya dilakukan pada permukaan tebing yang tipis. Teknik ini sangat mengandalkan kekuatan yang besar pada otot-otot jari.
• Palming
Dalam teknik palming, bagian telapak tangan yang digunakan sebagai pegangan. Fungsi tangan pada palming, sebagai penopang dan pendorong beban tubuh naik ke atas. Teknik ini dapat digunakan pada permukaan tebing yang slab.
• SidePull
Sidepull adalah teknik pegangan dengan cara menarik celah rekahan tebing ke arah samping kanan atau kiri karena bentuk celah rekahan biasanya memanjang vertical. Teknik sidepull dapat digunakan misalnya untuk posisi istirahat selama perintisan jalur dengan cara posisi tangan diluruskan semaksimal mungkin.
• Jamming
Tiga jenis pegangan jamming yaitu :
a. fingers jamming
Digunakan pada crack yang hanya menyisakan celah untuk beberapa ruas jari. Caranya adalah memasukkan jari-jari ke dalam crack semaksimal mungkin dengan posisi jempol ke bawah dan telapak tangan menghadap keluar, lalu putar pergelangan tangan ke arah bawah.
b. Hand Jamming
Apabila crack lebih lebar dan dapat menampung seluruh bagian telapak tangan, maka teknik ini dapat digunakan. Caranya adalah memasukkan telapak tangan ke dalam crack dengan posisi jempol diselipkan dibagian dalam telapak tangan.
c. First Jamming
Kita dapat menggunakan teknik ini untuk crack yang lebih lebar lagi yaitu dengan cara menjejali crack dengan telapak tangan. Kedua sisi kiri dan kanan kepalan tangan akan menekan kedua sisi crack sehingga kepalan tangan mengunci pegangan.
• Off-width
Teknik ini digunakan ketika ukuran tangan sudah tidak bisa menjangkau sisi crack. Crack terlalu lebar untuk dijejali tangan. Cara yang dapat digunakan untuk adalah dengan memanfaatkan seluruh bagian lengan, mulai dari telapak tangan hingga punggung dengan menggunakan teknik off-width.
• Stemming and Bridging
Digunakan pada crack yang sangat lebar tetapi kedua sisinya masih dijangkau dengan tangan. Crack untuk teknik ini biasa berbentuk cerobong asap. Crack semacam ini disebut dengan chimney.
☻ PIJAKAN
Bentuk pijakan kaki di tebing menyesuaikan dengan bentuk permukaan tebing. Bentuk permukaan tebing sendiri bervariasi.
• Smearing
Teknik smearing biasa dipakai pada permukaan tebing slab, yaitu muka tebing dengan yang kemiringannya kurang dari 90 derajat. Dalam teknik ini, hampir seluruh beban tubuh bertumpu pada kaki.
• Edging
Pada permukaan tebing yang tegak lurus bersudut 90 derajat atau lebih (overhang). Pijakan kaki lebih optimal menggunakan teknik edging, yaitu memanfaatkan ujung depan sepatu panjat pada permukaan tebing yang tipis.
• Hooking
Kaki tidak hanya berfungsi sebagai pijakan yang menopang tubuh, tetapi digunakan sebagai pengait yang menahan tubuh saat tubuh dalam posisi menggantung pada medan overhang atau roof.
Memanjat Tebing Slab dan Overhang
Tebing alam yang yang kita panjat tidak selalu 90 derajat vertikal. Tebing yang derajat kemiringannya lebih besar dari 90 biasa disebut Slab. Tergantung dari jenis batu ditebing tersebut, untuk memanjat slab pada umumnya diperlukan banyak friksi atau kontak dari sebagian besar karet sepatu.
Pada saat memanjat tebing slab posisi badan harus cenderung tegak lurus yang memungkinkan pusat gravitasi yang jatuh (tekanan berat badan) sepenuhnya tertumpu pada bagian kaki yang menempel pada tebing. jika memanjat tebing slab dengan posisi badan yang paralel/ sejajar dengan kemiringan tebing,akan mudah tergelincir dan jatuh. Posisi yang salah ini sangat populer dikalangan pemula dikarenakan rasa takut jatuh yang membuat mereka berpikir dengan memeluk/menempelkan badan ke tebing akan menyelamatkan mereka.
Sedangkan tebing yang kemiringannya lebih kecil dari 90 derajat biasa disebut Overhang. Untuk memanjat tebing overhang diperlukan kekuatan yang tinggi dan tehnik memanjat yang baik. Salah satu kekuatan yang penting yaitu core strength atau kekuatan otot-otot perut, Karena otot perut diperlukan untuk menghubungkan kekuatan tangan dan kekuatan kaki sehingga badan akan tetap dekat dengan tebing yang akan membuat mudah mengontrol keseimbangan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memanjat tebing overhang :
1. Memanjat dengan cepat. Saat memanjat tebing overhang tangan lebih cepat lelah. Dengan memanjat cepat dan menggunakan energi yang se-efektif dan se-efeisien mungkin. Memanjat dengan cepat artinya harus cepat dalam mengambil keputusan dimana akan menempatkan kaki dan pegangan mana yang akan dicapai berikutnya.
2. Pertahankan tiga titik kontak atau Three points of Contact. Rumus ini dikenal sebagai aturan dasar memanjat tebing untuk para pemula Pada saat melakukan gerak vertikal usahakan tiga titik tetap menempel yaitu dua kaki dan satu tangan, atau sebaliknya; dua tangan dan satu kaki.
3. Pada saat posisi pegangan dan tumpuan kaki sudah bagus dan mendukung istirahatlah dan goyang-goyangkan tangan dan jari-jari supaya otot-otot lebih segar untuk mengeksekusi gerak selanjutnya. Untuk pemanjatan rute panjang, harus pintar-pintar mengambil kesempatan untuk sering beristirahat.
4. Tetaplah fokus dan bernafas dengan baik.
▲ Ascending
Teknik Ascending yaitu memanjat dengan meniti pada seutas tali yang sudah tertambat di atasnya. Teknik ascending dilakukan dengan menggunakan alat ascender. Model ascender yang sering digunakan umumnya jenis jumar. Prinsip kerja jumar adalah menjepit tali apabila jumar dibebani.selain menggunakan jumar, ascending dapat dilakukan dengan cara klasik, yaitu menggunakan tali prussic yang disimpulkan pada fixed rope. Teknik ini disebut prusiking.
▲ Rappeling
Rappelling adalah kebalikan ascending, yaitu teknik memudahkan pemanjat turun tebing dengan meniti pada tali. Selain rappelling, ada beberapa istilah yang biasa digunakan untuk turun tebing, seperti abseiling atau ropping down. Teknik rappelling dilakukan dengan memanfaatkan friksi antara tali dan alat rappelling (descender). Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing.
Prinsip Rappeling adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan gaya berat dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong.
2. Pengunaan tali rappel sebagai alur lintasan dan tempat bergantung.
3.Penggunaan salah satu tangan untuk keseimbangan dan satu lagi untuk mengatur kecepatan turun.
Macam-macam variasi teknik rappling banyak mengalami perkembangan yang sesuai dengan perkembangan dan peralatan yang diciptakan manusia. Beberapa cara turun tebing, yaitu :
a. Body Rappel/dulfer
Dengan melilitkan tali langsung pada tubuh. Tali rappelling lewat di antara dua kaki, lalu menyilang diagonal di dada membentuk huruf “S” dan melewati bahu.
b. Sling Rapple
Dengan menggunakan webbing dan carabiner. Webbing dibuat menjadi loop untuk mengikat kedua paha, lalu dikaitkan pada tali menggunakan carabiner dan menyilang melewati bahu.
c. Arm Rapple/Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati belakang badan. Untuk tebing yang tidak terlalu curam.
d. Break Bar
Teknik ini menggunakan sejumlah karabiner untuk membuat sebuah gaya friksi yang benar. Selama itu pula mengggunakan figure of eight untuk turun.
Dalam rappeling usahakan selalu posisi badan tegak lurus pada tebing dan jangan terlalu cepat bergerak. Usahakan kurangi kecepatan, sedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali lintasan.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai turun tebing :
1. Periksa dulu anchor, carabiner pengait alat rappelling terkunci.
2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang digunakan.
3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang (siap pakai)
4. Sebelum mulai turun posisi tangan jangan dalam keadaan menahan/mengerem
5. Jangan lihat ke atas, mungkin ada batu atau tanah yang terjatuh.
6. Pastikan bahwa pakaian tidak tersangkut carabiner (posisi tubuh agak menjauh dari tali).
7. Lihat kemana hendak turun dan, pastikan tali sampai kebawah.
8. HAPPY LANDING…….!!!!!!!
▲ Belay
Dalam panjat tebing, tali berfungsi mengamankan pemanjat agar tidak terjatuh. Sistem mengamankan pemanjat menggunakan teknik belay, dimana seorang pemanjat diamankan oleh seorang belayer dibawah lintasan tebing. Dalam teknik belay, tanggung jawab belayer cukup besar dalam mengamankan pemanjat. Kemungkinan jatuhnya pemanjat dapat terjadi setiap saat. Oleh karena itu, belayer harus fokus dan siaga dalam kondisi apapun. Sebelum pemanjatan, belayer harus mengecek semua kesiapan termasuk pemanjat. Apakah harness sudah terpasang dengan baik? Apakah carabiner sudah terkunci dengan benar? Semua menjadi tanggung jawab seorang belayer.
Beberapa istilah yang digunakan untuk komunikasi antara pemanjat dan belayer dalam teknik belay sebagai berikut :
1. Climber Up, Belay On (pemanjat ke belayer).yaitu, pemanjat sudah siap melakukan pemanjatan, dan belayer siap mengamankan.
2. On Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat sudah siap melakukan pemanjatan.
3. Belay On (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer sudah siap mengamankan
4. Off Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat meminta belayer untuk menghentikan belay.
5. Belay Off (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer menghentikan belay.
6. Slack (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah mengulur tali.
7. Pull (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah menarik tali.
8. Rock !!! (pemanjat ke belayer). Yaitu, peringatan ada batu yang jatuh. Posisi belayer merapatkan tubuhnya ke tebing.
III. SIMPUL-SIMPUL
Dalam panjat tebing, simpul tali mempunyai jenis beragam. Setiap jenis mempunyai fungsi dan tekniknya masing-masing. Berikut adalah beberapa simpul dasar yang di gunakan dalam panjat tebing:
1. Overhand Knot
Simpul ini berfungsi sebagai pengunci simpul-simpul lain, menghentikan geseran pada tali, dan membuat loop untuk anchor.
2. Figure Of Eight
Dinamakan figure of eight karena bentuk simpulnya berbentuk angka delapan. Mempunyai beberapa fungsi dan dapat di buat dengan beberapa teknik. Di arena memanjat, figure of eight lebih sering digunakan untuk mengikat harness.
3. Bowline Knot
Bowline knot lebih sering digunakan untuk mengikat harness pada latihan di jalur free climbing yang lintasannya pendek. Namun, setelah dipicu oleh beberapa kecelakaan karena penggunaannya, saat ini simpul bowline tidak disarankan untuk mengikat harness. Simpul ini berfungsi juga untuk mengikat sesuatu tetapi tidak menjerat, dan penambat sesuatu (misal, mengikat leher binatang).
4. Fisherman’s Knot
Simpul fisherman’s umumnya dipakai untuk menyambung dua buah tali. Penyambungan tali dilakukan karena tali yang digunakan kurang panjang dan digunakan untuk membuat loop tali prussik.
5. Sheet Bend
Simpul ini berguna untuk mengikat dua ujung tali ukuran atau jenisnya berbeda, misalnya untuk mengikat ujung tali webbing dengan ujung tali kernmantle atau prussik.
6. Prussik Knot
Simpul prussik adalah simpul klasik yang sering digunakan untuk ascending (prussiking). Selain untuk ascending, simpul ini berguna pula untuk berbagai fungsi, misalnya sebagai pengaman tambahan untuk rappelling.
7. Water Knot/ Tape Knot
Sering disebut juga simpul pita. Simpul ini digunakan untuk mengikat tali webbing, berguna untuk menyambung dua buah ujung tali webbing baik untuk membuat loop maupun menambah panjang webbing. Simpul ini juga biasa di gunakan untuk membuat sling. Dalam membuat simpul ini, sisakan kira-kira 5 cm ujung webbing-nya untuk mencegah lepasnya simpul.
8. Clove Hitch
Clove Hitch dapat digunakan untuk berbagai fungsi, misalnya mengikat harness ke anchor atau mengikat tali pada pohon.
9. Italian Hitch
Simpul ini dulu biasa digunakan untuk belay atau rappelling bila tidak ada alat rappelling(figure of eight, grigri).
10. Anchor Knot
Simpul ini berfungsi untuk menyangkutkan tali prussik atau webbing sebagai pengaman ke dalam celah-celah tebing. Dapat pula diikatkan pada tonjolan batu tebing seperti tanduk atau muka tebing yang bentuk celahnya berlubang sebagai anchor.
11. Spanish Bowline
Simpul ini berfungsi untuk menambatkan tali ke tonjolan tebing sebagai pengaman dan pengganti anchor pada dinding tebing.
IV. PERAWATAN ALAT-ALAT DALAM ROCK CLIMBING
Dalam rock climbing, peralatan-peralatan yang digunakan harus benar-benar diperhatikan. Hal ini di sebabkan peralatan tersebut dapat rusak tanpa terlihat kerusakannya. Bagi seorang pemanjat tebing (Climber), peralatan tersebut ibarat nyawa bagi mereka yang memang menyangkut keselamatan mereka sendiri. Bila peralatan tersebut pada saat digunakan rusak, maka taruhannya adalah nyawa. Dengan kata lain, keselamatan kita tergantung pada perawatan yang digunakan.
Faktor ketelitian dan kecermatan dalam merawat peralatan tersebut sangat penting. Sebelum digunakan, kita harus meneliti dulu keadaan peralatan yang akan kita gunakan. Dan yang lebih penting lagi adalah membersihkan lagi peralatan tersebut setelah digunakan.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam perawatan peralatan rock climbing antara lain :
A. JANGAN MENGINJAK TALI, WEBBING, SLING, DAN PERALATAN LAIN YANG DIGUNAKAN DALAM ROCK CLIMBING.
Hal ini disebabkan bila kita menginjak alat-alat tersebut akan cepat rusak, dimana kotoran dan tanah yang melekat pada tali yang terbuat dari nylon tersebut dapat membusuk, ikatan/anyaman dalam tali akan rusak atau putus.
B. HINDARI GESEKAN TERHADAP ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SEMINIMAL MUNGKIN.
Bila terlalu sering terjadi gesekan juga akan merusak tali. Gesekan tersebut dapat terjadi antara lain gesekan tali dengan tebing, tali dengan alat lain.
C. JANGAN MENJATUHKAN/MELEMPARKAN ALAT-ALAT YANG TERBUAT DARI LOGAM.
Bila hal ini dilakukan maka alat tersebut dapat rusak. Kita kadang tidak sadar melempar alat-alat tersebut bila sedang digunakan. Hal ini akan mengakibatkan bagian dalam dari alat tersebut dapat hancur walaupun bagian luarnya masih utuh.
D. HINDARI PENGGUNAAN OBAT-OBATAN KIMIA/SABUN DALAM PENCUCIAN ALAT.
Bila tidak terlalu kotor cukup dibersihkan dengan air bersih (khusus untuk alat-alat non logam). Bila dianggap tidak perlu sebaiknya jangan digunakan.
E. KHUSUS UNTUK TALI JANGAN SAMPAI MELINTIR BILA KITA MENGGULUNG TALI SETELAH DIGUNAKAN.
Hal ini disebabkan bila tali melintir setelah digulung akan cepat rusak. Ikatan/anyaman tali menjadi tidak rapat (tidak teratur) dan tali juga akan rusak karena selalu dalam keadaan tegang dan usahakan tali dalam keadaan normal bila tidak digunakan.
Kita harus selalu menjaga alat-alat yang ada apabila kita ingin aman dan selamat dalam kegiatan rock climbing. Selain hal tersebut di atas haraga alat-alat rock climbing di Indonesia masih tergolong barang yang mahal. Jadi harus dirawat sebaik mungkin bila kita tidak ingin kehilangan biaya yang mahal.
PEMELIHARAAN TALI
1. Hindari ujung tali yang terurai. dengan cara dibakar / ditempelkan dengan pisau panas
2. Tali kernmantel yang baru dibeli harus terlebih dahulu dicuci agar sisa-sisa bahan kimia dari pabrik dapat hilang dan lapisan luar dengan lapisan dalam dapat menyatu. Setelah dipakai ekspedisi atau latihan, tali harus dicuci, jangan menggunakan air panas atau sabun.
3. Hindari tali dari air panas atau panas matahari, karena nylon akan meleleh pada suhu 215-220 C.
4. Hindari terjadinya gesekan secara langsung (friksi).
5. Hindari turun dengan cara meloncat dan menghentak tali, karena hal ini dapat mengurangi daya tahan tali secara perlahan-lahan.
6. Hindari tali dari zat-zat kimia korosif (asam baterai) agar tidak hancur.
7. Jangan menduduki tali atau menginjaknya, karena tanah atau kotoran lainnya dapat menyelinap masuk diantara serat-serat tali dan mempercepat kerusakan tali, terutama untuk kernmantel.
8. Bebaskan tali dari segala macam simpul setelah dipakai.
9. Jangan menggantungkan tali dengan beban berat yang cukup lama, dan juga jangan dipergunakan untuk menarik mobil dan beban berat lainnya. Sebab tali akan kehilanangan daya elastisnya, sehingga akan cepat putus bila mendapat hentakan dengan beban yang berat.
10. Ceklah tali sebelum dipergunakan kembali. Tali kernmantel sering mengalami kerusakan pada bagian dalamnya, misalnya serat-serat yang putus. Rabalah dan telusuri tali tiap jengkalnya, jika ada yang putus akan terasa perbedaan besar diameter tali tersebut.
11. Catatlah riwayat tali tersebut untuk mengetahui perkiraan kekuatannya.
Penggunaan tali dianjurkan (tanpa jatuh) tergantung banyak hal :
1. Frekuensi pemakaian dan cara penanganannya.
2. Jenis batuan.
3. Berdasarkan pintalan tali.
4. Pengaruh cuaca.
Tali dianjurkan untuk tidak digunakan lagi, jika:
1. Rusak mekanis (tertimpa batu, terinjak crampon dll)
2. Mantelnya sudah terurai.
3. Sudah mengalami beberapa fall.
4. Sudah dipakai secara terus-menerus lebih dari 5 tahun
5. Terkena zat kimia ( bensin, oli, dll )
0 komentar:
Posting Komentar
blogoptionscomments