Tujuan Imam Husayn A.S Bangkit Menentang Yazid:
Antara kandungan surat Imam Husein A.S kepada
..." Aku keluar [mengangkat senjata menentang Yazid] bukan karena berasa iri hati dan tidak karena marah
dan bukan karena mau melakukan kerusakan atau bukan juga karena mau melakukan kezaliman.
Tetapi aku keluar untuk menentang [Yazid] hanya semata-mata untuk membawa islam kepada ummah
datukku Rasulullah S.A.W. Aku mau menegakkan yang ma'aruf dan nahi mungkar dan memimpin
ummah [ke jalan kebenaran] sebagaimana yang telah dilakukan oleh ayahku [Imam Ali A.S] dan
datukku [Muhammad S.A.W]...."
Antara ucapan Imam Husayn A.S sebelum keluar dari Mekah bagi meneruskan perjalanan ke Iraq:
" ......Segala puji bagi Allah, barang yang dikehendaki oleh Allah dan tidak ada kekuatan yang lain melainkan
Kekuasaan Allah, selawat dan salam kepada RasulNya. Garisan maut ke atas Bani Adam umpama garisan
perjuangan bagi pemuda satria. Bermula keadaanku hingga akhirnya sebagaimana kepimpinan Ya'akub yang
diwarisi oleh puteranya Yusuf. Sebaik-baiknya bagiku ialah perjuangan dan cahaya bumi Karbala bergemerlapan.
Tidak dapat kalam menggambarkan apa yang telah terjadi pada hari ini...."
Dalam perjalanannya menuju Karbala Imam Husayn A.S mengungkapkan ucapan yang menggariskan
pendiriannya untuk menegakkan Islam:
"Sesungguhnya dunia ini telah berubah dan mengingkari haq, kebenaran telah ditinggalkan, tidak ada lagi
yang tinggal padanya melainkan semut-semut di bekas-bekas makanan. Demikiannya tandusnya kehidupan
sebagai penggembala kehilangan ternakannya. Tidakkah anda melihat kebenaran dan kenapa tidak
melaksanakannya? Akan tetapi kebatilan dan kejahatan mengapa tidak boleh dihentikan....untuk menggembirakan
seorang beriman dalam pertemuan dengan Allah... ianya suatu kepastian. Sesungguhnya aku tidak melihat
kematian dan maut yang mendatang melainkan dengan penuh kebahagiaan, hidupku bersama dengan si zalim
bagaikan duri yang menikam serta api yang membakar. Sesungguhnya manusia telah menjadi hamba dunia
dan agama hanya berputar di lidah-lidah mereka demikian jalan kehidupan yang dijalani oleh mereka, maka
apabila mereka ditimpa dugaan lantas mereka berkata telah hampirnya kami kepada kematian."
Pendapat Abul A'la al-Maududi Tentang Peristiwa Karbala
...."Marilah kita tinggalkan sejenak persoalan tindakan Husein ini, apakah hal itu sah ditinjau dari segi
pandangan Islam atau tidak, meskipun kami tidak pernah mengetahui seseorang pun dari para sahabat
Nabi S.A.W atau tabi'in, baik di masa hidup Husein ataupun selepas wafatnya, ada yang berkata bahwa
tindakan Husein adalah tindakan yang tidak sah menurut syariat, dan bahwa dengan itu ia telah melakukan
perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Adapun yang diucapkan oleh beberapa orang sahabat Nabi S.A.W
yang mencuba mencegah Husein meneruskan tindakannya itu maka sesungguhnya mereka tidak
melakukannya melainkan atas dasar bahwa tindakannya itu bukan merupakan langkah yang tepat dari
segi taktik semata-mata. Bahkan jika kita "mengadaikan" dapat menerima anggapan pemerintahan Yazid,
namun apa yang terjadi dalam kenyataannya, sama sekali tidak dapat dikatakan bahwa Husein telah
bergerak dengan pasukan tentara, tetapi hanya berangkat dari kota Madinah bersama keluarganya dan
tiga puluh dua orang penunggang kuda serta empat puluh orang pejalan kaki, tidak lebih dari itu.
Hal tersebut tidak mungkin kita namakan sebagai serbuan perang dari seseorang pun. Di sisi lainnya,
jumlah tentera yang dikirimkan dari kota Kufah di bawah pimpinan Umar bin Sa'd bin Abi Waqqash berjumlah
empat ribu orang, tanpa adanya alasan yang mendesak pasukan tentera yang besar ini memerangi
kelompok kecil tersebut dan membunuhnya. Tetapi sebenarnya mereka cukup mengepungnya dan
menangkap orang-orangnya satu persatu dengan cara yang paling mudah. Sedangkan Husein sendiri
hingga detik-detik terakhirnya, selalu berkata kepada mereka: “Biarkan aku pulang atau pergi ke
perbatasan negeri untuk berjihad atau bawalah aku ke hadapan Yazid." Namun mereka tidak mau
menerima sesuatu dari ucapannya ini, bahkan mereka berkeras untuk membawanya ke hadapan
Ubaidullah bin Ziyad, gabenor Kufah. Dan Husein menolak menyerahkan dirinya kepada Ibnu Ziyad,
sebab ia tahu benar apa yang dilakukan oleh Ibnu Ziyad ke atas diri Muslim bin Aqil, saudara sepupunya.
Lalu mereka memeranginya, sehingga ketika semua kawannya telah gugur sebagai syuhada dan dia
berdiri di tengah-tengah medanpeperangan sendirian, mereka pun menyerbunya dan mengeroyoknya
bersama-sama.
Dan ketika ia terluka dan kemudian jatuh, mereka menyembelihnya dan merompak apa saja yang
ada di atas jasadnya, mengoyak-ngoyak baju yang menutup tubuhnya, kemudian menggilasnya dengan
kuda-kuda dan menginjak-injaknya dengan kaki-kaki mereka. Setelah itu mereka beralih ke khemahnya,
merompak isinya, mencabik-cabik pakaian para wanita, memenggal kepala-kepala setiap orang yang
telah gugur di Karbala dan membawa semuanya ke Kufah. Ibnu Ziyad tidak cukup menjadikan itu semua
sebagai barang tontonan di hadapan orang banyak tetapi ia naik ke atas mimbar Masjid Jami' dan
berkata: " Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menampakkan kebenaran dan ahlinya,
memenangkan Amirul Mukminin Yazid dan kelompoknya serta membunuh si pendusta putera si pendusta,
Husein bin Ali dan pengikut-pengikutnya".....
Memang ada beberapa perbezaan dalam riwayat-riwayat yang menyebut menyebutkan tentang tindakan
Yazid dan ucapan-ucapannya di Istana Damsyik, tetapi sekiranya kita meninggalkan semua riwayat ini
dan mempercayai satu riwayat saja yang menyatakan bahwa Yazid telah menangis ketika menyaksikan
penggalan kepada Husein dan kawan-kawannya lalu ia berkata: " Sesungguhnya aku sudah puas
dengan ketaatan kalian tanpa membunuh Husein. Terkutuklah cucu Sumayyah. Demi Allah, sekiranya
aku yang berhadapan dengannya, niscaya aku akan mengampuninya."
Dan bahwa ia juga berkata:" Demi Allah, wahai Husein, sekiranya aku berada di hadapanmu, niscaya
aku tidak akan membunuhmu." Sekiranya riwayat itu kita percaya maka masih ada pertanyaan yang ingin
kita tanyakan, hukuman apakah yang telah dilakukan oleh Yazid ke atas diri gabenornya yang durjana itu
atas perbuatannya melakukan kezaliman yang besar ini?
Berkata Ibn Katsir bahwa Yazid tidak pernah menghukum Ibnu Ziyad, tidak memecatnya, bahkan tidak
pernah mengirim sepucuk surat kecaman pun kepadanya." [Lihat S.Abul Ala Maududi; Khilafah dan Kerajaan, halaman 233Siapakah Yazid?
Abdullah bin Handhalah adalah seorang sahabat Nabi S.A.W. Setelah syahidnya Imam Husein A.S,
ia mengumpulkan orang ramai di halaman Masjid Nabi di Madinah dan berkata mengenai Yazid:"
Hai manusia kami datang kepada kalian karena seseorang yang meninggalkan solat dan mempunyai
kegemaran minum minuman keras....dan gemar bermain dengan kera dan anjing. Maka apabila bai'ah
kepadanya tidak dicabut, saya takut kita semua akan dihujani batu [oleh Allah] dari langit."
Hasan al-Basri ketika menyimpulkan perbuatan-perbuatan buruk Muawiyah:"Pertama, ia telah merampas
kerusi khalifah tanpa permesyuaratan...... Kedua, dia berani menentukan anaknya [Yazid] yang
pemabuk yang begelumang dengan khamar, mengenakan pakaian sutera dan menabuh gendang itu
sebagai khalifah umat Islam setelah kematiannya.Ketiga, menasabkan Ziyad bin Sumayyah kepada
Abu Sufian [ayahnya] sedangkan Rasulullah S.A.W telah bersabda:'Seorang anak dinasabkan kepada
ayahnya yang sah, dan tiada hak bagi penzina'. Keempat, dia telah membunuh Hujr bin Adi dan
sahabat-sahabatnya. [al-Isti'ab, Jilid 1, halaman 135; al-Tabari, Jilid 4, halaman 208]
Abdullah, putera kepada Ahmad bin Hanbal, pada suatu hari bertanya kepada ayahnya tentang hukum
melaknat Yazid. Ia menjawab:" Bagaimana aku tidak melaknat orang yang dilaknat oleh Allah?"
Kemudian ia membaca ayat dari Surah Muhammad:22-23, yang bermaksud:"Maka apakah kiranya jika
kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan,
mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan dituliskanNya telinga mereka dan dibutakanNya
mata mereka." Kemudian dia berkata:"Kerusakan dan pemutus hubungan kekeluargaan yang
bagaimanakah lebih besar daripada yang telah dilakukan oleh Yazid?" [Al-Bidayah, Jilid 8, halaman 223]
Apakah Penentangan Imam Husein A.S Terhadap Yazid Merupakan Satu Tindakan Membunuh Diri?
Persoalan semacam ini sering dikaitkan dengan ayat Qur'an Surah al-Baqarah: 195 yang bermaksud: "
Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..."
Al-Tahlukah berarti segala perkara yang mencelakakan dan membawa bencana bagi manusia.
Biasanya sipelaku menjadi fakir, sakit, atau mati. Sedangkan ayat tersebut didahului dengan anjuran
berinfaq di jalan Allah iaitu mengeluarkan apa saja yang diredhai Allah [seperti harta benda]
agar dapat mendekatkan manusia padaNya. Kemudian dilanjutkan dengan larangan menjatuhkan
diri ke dalam kerusakan dengan sebab meninggalkan infaq di jalan Allah.
Firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 195 yang lengkap, bermaksud:
"Dan keluarkan infaq [harta bendamu] pada jalan Allah,
dan janganlah menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan
dan berbuat baiklah, sesungguhnya
Allah menyukai kebajikan."
Ayat di atas tentunya tidak relevan untuk mendiskreditkan perjuangan Imam Husein A.S. Sebaliknya
ia menguatkan lagi kebenaran perjuangan Imam Husein A.S karena beliau A.S telah mengorbankan
harta benda, putra-putranya malahan jiwa raganya sendiri untuk menegakkan agama Allah.
Segelintir orang berpendapat perjuangan Imam Husein A.S satu tindakan bunuh diri karena bilangan
tentera pasukannya amat kecil berbanding tentera Yazid yang akan menentangnya; maka itu satu
pebuatan sia-sia. Tetapi pendapat ini juga tidak betul jika kita mengamati contoh-contoh perjuangan
para Nabi terdahulu umpamanya Nabi Musa A.S menentang Fir'aun dan perjuangan Nabi Ibrahim A.S menentang Namrud.
Imam Husein A.S telah bertindak selaras dengan tuntutan Al-Qur'an dan Hadith Nabi S.A.W.
Sebuah Hadith Nabi S.A.W yang kita ketahui menyatakan bahwa:
"Barang siapa di antara kalian melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia menghilangkannya dengan tangan,
dan apabila tidak mampu, dengan lidahnya, dan apabila masih
tidak mampu dengan hatinya.Dan inilah
selemah-lemahnya iman." Allah berfirman dalam al-Qur'an Surah Al-Imran:110, bermaksud:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma'ruf dan
mencegah yang
mungkar serta beriman
kepada Allah."
Dan ingatlah bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Surah Al-Imran:169, yang bermaksud:
"Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengCinta Kepada Imam Husein A.S
Hadith Rasulullah S.A.W yang diriwayatkan dalam Sahih Al-Tirmidzi dari Ya'la bin Murrah menegaskan
kecintaan kepada Husein A.S akan mendapat cinta dari Allah SWT:
"Husein daripadaku dan
aku pula daripada Husein, Allah mencintai sesiapa yang mencintai al-Husein,”
Rasulullah S.A.W mengajak kita semua mengasihi Husein A.S seperti yang
dinyatakan dalam hadith yang diriwayatkan dari Barra' bin Azib:
"Aku telah melihat Rasulullah S.A.W mendokong al-Husein cucundanya yang masih kecil dan
meletakkan di atas pangkuannya seraya berdo'a yang bermaksud:
"Ya Allah sesungguhnya aku mengasihinya oleh itu kasihilah dia."
Dan Sesiapa yang memusuhinya telah memusuhi Allah SWT seperti maksud hadith yang dinyatakan di bawah:
"Dan
sesiapa yang memusuhi kedua-duanya
[Hasan A.S dan Husein A.S] maka ia telah
memusuhi Allah, dan barang siapa memusuhi Allah maka ia akan di campakkan ke dalam api neraka mukanya akan terlempar
dahulu."
Kesimpulannya, perjuangan Imam Husein A.S adalah berada di jalan yang benar selaras dengan
tuntutan ajaran Islam yang dibawa dan diajarkan oleh datuknya sendiri Muhammad Rasulullah S.A.W.
Menangisi Kesyahidan Imam Husein A.S
Rasulullah S.A.W telah bersabda yang mengisyaratkan bahwa perjuangan al-Husein A.S adalah
seperti perjuangan beliau S.A.W, yang bermaksud:
"Husein daripadaku dan aku daripada Husein [Husein minni wa-ana min Husein]...."
Sabda beliau SAWA yang lain yang bermaksud:
"Jika ada orang yang meninggal dunia seperti Hamzah hendaklah
ada yang menangisinya..."
Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an Surah al-Ahzab:21 yang bermaksud:
" Di dalam diri Rasulullah terdapat uswah
hasanah [teladan yang baik] bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari
akhirat serta dia selalu mengingati Allah."
Tidak diragukan lagi bahwa jika ada orang yang mengingati Peristiwa Karbala dan kemudian
menangisi Imam Husein AS maka orang ini telah mengikuti saranan Rasulullah S.A.W.
Sabda Rasulullah S.A.W yang lain bermaksud:
"Keringnya air mata [terhadap sesuatu musibah] adalah tanda dari kerasnya hati. Itulah
penyakit terparah yang menimpa anak cucu Adam."
Seorang sahabat Imam Ja'afar al-Sadiq A.S menemui beliau A.S pada 10 Muharram.
Pada ketika itu Imam Ja'afar al-Sadiq A.S sedang menangis tersedu-sedu.
Sahabat ini mungkin terlupa bahwa hari itu adalah Hari Asyura. Ia pun bertanya
kepada Imam Ja'afar al-Sadiq A.S sebab-sebab beliau A.S menangis. Imam Ja'afar A.S menjawab:
"Apakah engkau lupa ini adalah hari ketika
datukku al-Husayn dibunuh dengan kejam?
Barang siapa menjadikan hari ini
sebagai hari berkabungnya, maka Allah akan menjadikan Hari Qiamat kelak sebagai hari kegembiraan dan kebahagiaannya.Di
syurga ia akan tinggal dengan penuh kebahagiaan."
Hari
Karbala ialah pada 10 Muharram 61H....
Imam
Husein A.S telah syahid pada hari Jumaat ketika berusia 57 tahun....
Andakah anda mengingatinya?
Imam Ja'afar al-Sadiq A.S berkata:
"Setiap hari adalah Asyura
0 komentar:
Posting Komentar
blogoptionscomments